TOPNEWSP.COM, MAKASSAR – Makassar mendadak geger, warga di Jalan Karunrung, Panakkukang menemukan satu keluarga dalam kondisi mengenaskan di kediamannya, pagi Maret tahun 1995 silam.
Pemandangan di rumah yang terbilang mewah itu begitu mengerikan sepasang suami istri dan anak-anaknya serta pembantu rumah tangga tewas bersimbah darah.
Ceceran darah di lantai rumah menggambarkan begitu sadisnya para pelaku yang tega menghabisi nyawa penghuni rumah tanpa ampun.
Baca juga:
Mendadak Tumbang saat Khutbah Jumat di Masjid, Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia
Kini 30 tahun berlalu, peristiwa mengerikan itu masih tetap menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan, meski para pelaku telah dihukum setimpal dengan perbuatannya.
Kisahnya pun telah menjadi tragedi dan cerita pahit bagi masyarakat Makassar, dengan harapan kejadian serupa tidak terulang.
Demi mengenang tragedi memilukan itu, Sony F Rimba seorang sutradara meramu dan menyajikan kisah tragedi mengerikan itu dalam sebuah karya film layar lebar yang segera tayang di bioskop-biosko Tanah Air.
Sony selaku sutradara menyebutkan, karya kali ini berbeda dan menjadi episode kemanusiaan tidak sekedar jump scare belaka.
“Ini lebih dari sekedar horor tapi drama kemanusiaan penuh tausiyah kehidupan agar tidak sembrono atau menghalalkan segala cara. Semua harus dipikirkan matang-matang akibatnya,” papar dia.
Baca juga:
Refleksi Gerakan 98 di Makassar, dari Reformasi Belum Tuntas hingga Menguatnya Oligarki
Karunrung 1995, adalah refleksi atas kejadian berdarah dari Kota Makassar, yang diharapkan tidak terulang lagi.
Binasol Pictures dan Cucu Dalang mempersembahkan episode mengerikan kala itu dari sebuah potret keluarga harmonis harus meregang nyawa atas sebuah kesalahpahaman atau kekhilafan.
“Harus ada kesempatan kedua untuk tiap manusia yang khilaf dan sudah menjalani hukuman atas perbuatannya. Kami punya ruang untuk doa bagi para korban dan tausiyah kemanusian agar tidak terulang lagi di masa mendatang, ” ungkap Basuni LMJ mewakili executive produser kepada redaksi.
10 Juli bulan depan, publik akan menikmati sajian fiksi pembantaian mengerikan yang sangat terkenal kala itu.
Baca juga:
Nekat! Penumpang Kapal KM Tidar Terjun ke Laut saat Hendak Menuju ke SurNekatabaya
Lalu siapa yang benar-benar akan membayar harga atas tragedi ini ? Dan sampai kapan dendam arwah korban akan berhenti menuntut balas atas kekejian para pelaku?
“Mari kita panjatkan AlFatihah untuk korban dan stop stigma atas pelaku agar bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat, semoga tidak terulang, tunggu tanggal mainnya di bioskop-bioskop Tanah Air tanggal 10 Juli,” tukas Sony sang sutradara
Sinopsis Singkat;
Di tengah panasnya pasar tradisional Kota Makassar, geng preman yang dipimpin Uli (Cahya ary nagara ) menebar teror dan ketakutan.
Sampai suatu ketika seorang pebisnis kaya Hendra (HM Isnan Dahir) menawarkan pekerjaan kotor dengan bayaran besar, semuanya berubah menjadi pembantaian keji yang tak hanya merenggut nyawa, tapi juga membangkitkan amarah dari alam lain.
Sebuah keluarga Burhan ( Mahesa dinsi ), Farida ( Puput Aulia Putri ) sang istri yang sedang mengandung beserta anak anaknya dibantai secara sadis tanpa belas kasih dan keadilan tak hanya dicari oleh polisi atau jurnalis ambisius bernama Alana ( Fatimah Azahra) dibantu sang kekasih Andi (Agogo Violin), tapi juga oleh arwah korban yang tak bisa tenang.
Ketika rasa bersalah, ketakutan, dan teror gaib mulai menghantui para pelaku, satu per satu mereka mulai kehilangan kendali. (*)
Tinggalkan Balasan