TOPNEWSP.COM, MEDAN – Empat kabupaten di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) secara bertubi-tubi dilanda bencana hidrometeorologi parah akibat cuaca ekstrem pada Senin 24 November dan Selasa 25 November 2025.
Keempat kabupaten itu yakni, Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Hingga Rabu 26 November 2025 pagi, bencana ini telah menyebabkan delapan korban jiwa, puluhan luka-luka, dan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Baca juga:
Banjir Terjang Bali, 2 Tewas dan 4 Hilang, 623 Orang Terdampak
Data sementara dari Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per 26 November 2025, pukul 07.00 WIB, menunjukkan bahwa bencana paling parah terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Di wilayah ini, banjir dan tanah longsor telah menewaskan delapan warga, melukai 58 orang, dan memaksa 2.851 warga mengungsi.
Bencana melanda 11 kecamatan dan Tim Gabungan telah mengerahkan alat berat untuk membersihkan akses jalan yang tertutup material longsor.
Cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan deras lebih dari dua hari memicu banjir dan longsor dengan dampak kerugian material yang signifikan di empat wilayah yakni, Kabupaten Tapanuli Tengah. Sebanyak 1.902 unit rumah terdampak banjir di sembilan kecamatan.
Baca juga:
BPBD dan tim gabungan segera mendirikan tenda pengungsi dan menyalurkan bantuan sembako.
Di Kabupaten Tapanuli Utara, banjir dan longsor menyebabkan 50 unit rumah terdampak dan dua jembatan terputus.Jalur alternatif Pangaribuan-Silantom direkomendasikan sebagai akses sementara.
.
Sementara di Kota Sibolga, hujan deras juga memicu banjir bandang dan longsor di sejumlah kelurahan. Banjir mengalir deras membawa material lumpur dan puing, merusak rumah dan menyeret kendaraan.
Satu warga dilaporkan luka-luka, tiga unit rumah terdampak, dan beberapa akses jalan terganggu.
“Seluruh pendataan seperti jumlah warga dan wilayah terdampak bersifat sementara. Data masih berpotensi mengalami perkembangan sesuai dari hasil kaji cepat lanjutan di lapangan,” kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
Baca juga:
Basarnas Gelar Evaluasi Kesiapsiagaan, Siap Hadapi Peningkatan Risiko Libur Nataru
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, lonjakan cuaca ekstrem di Sumatera Utara dipicu oleh dua sistem cuaca signifikan yakni Siklon Tropis KOTO di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B di Selat Malaka.
Kedua sistem ini secara kolektif meningkatkan curah hujan dan kecepatan angin. Bibit Siklon 95B memicu pembentukan awan konvektif yang menyebabkan curah hujan ekstrem di Aceh hingga Sumatera Utara.
Sementara itu, Siklon Tropis KOTO menarik massa udara basah ke pusatnya, memperkuat hujan lebat di wilayah barat Indonesia, termasuk Sumatera Utara.
BMKG memprakirakan potensi dampak cuaca ekstrem ini akan berlanjut hingga 26 November 2025, pukul 19.00 WIB, berupa
Hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.
Sementara, gelombang tinggi hingga 4,0 meter berpotensi terjadi di Selat Malaka bagian tengah, perairan timur Sumatera Utara, dan Samudra Hindia barat Aceh hingga Nias.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih dapat berlangsung.
“Masyarakat di wilayah rawan, terutama yang tinggal di sekitar lereng perbukitan dan bantaran sungai, diminta untuk memantau informasi prakiraan cuaca secara berkala. Mengikuti instruksi resmi dari petugas di lapangan dan segera melakukan evakuasi mandiri ke tempat aman apabila hujan lebat terjadi lebih dari satu jam,” demikian imbauan BMKG. (*)



Tinggalkan Balasan